MENGENAL TEORI BELAJAR DI SEKOLAH DASAR
Oleh : Endi Sutrisna, S.Sos.,S.Pd.
Pengajar di SDN Citeureup 3
Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang
Pembelajaran merupakan suatu syarat dalam menyampaikan teori dan pembiasaan pengetahuan serta karakter dari guru ke peserta didik, pembelajaran salah satu interaksi dalam menjalankan perintah tujuan pembelajaran, agar dengan belajar tatap muka antara siswa dan guru terjalin suatu kondisi dan hubungan yang humanis. Pada perkembangannya pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang efisien waktu dan efektif dalam mentransfer informasi belajar pada siswa tanpa mengesampingkan karakter siswa itu sendiri.
Perkembangan yang pesat saat ini, adalah sumber pengetahuan siswa terhadap lingkungannya karena perubahan lingkungan dan teknologi yang dinamis menjadikan tantangan manusia untuk menaklukan alam dengan mempelajari lingkungannya, pada jenjang sekolah dasar untuk menjadikan proses belajar yang baik dan menarik minat siswa diperlukan suatu cara dalam belajar yang hal tersebut sudah dipikirkan oleh tokoh-tokoh pemikir pendidikan terdahulu.
Berikut beberapa teori belajar yang dapat kita gunakan untuk mencapai kondisi dan hasil belajar yang terbaik di kelas sebagai bentuk pencapaian profesionalisme guru di masa depan.
A.A. TEORI
BELAJAR PIAGET
Teori Peaget mempunyai nama lengkap Jean Piaget, lahir di
Swiss tepatnya di Neuchatel pada tahun 1896. Perkembangan mental atau kognitif anak terdiri dari beberapa
tahapan. Ada empat tahapan perkembangan mental anak secara berurutan, di
antaranya adalah :
TAHAP
|
USIA
|
CIRI KHUSUS
|
Sensori Motor
|
0 – 2 tahun
|
Kecerdasan motorik (gerak) dunia (benda) yang ada adalah
yang tampak tidak ada bahasa pada tahap awal
|
Pre-Ooperasional
|
2 – 7 tahun
|
Berpikir secara egosentris alasan-alasan didominasi oleh
persepsi lebih banyak intuisi daripada pemikiran logis belum cepat melakukan
konsentrasi
|
Konkret Operasional
|
7 – 11 atau 12 tahun
|
Dapat melakukan konservasi logika tentang kelas dan
hubungan pengetahuan tentang angka berpikir terkait dengan yang nyata
|
Formal Operasional
|
7 – 11 atau 12 tahun 14 tahun atau 15 tahun
|
Pemikiran yang sudah lengkap pemikiran yang proporsional
kemampuan untuk mengatasi hipotesis perkembangan idealisme yang kuat
|
· A.1. PENERAPAN TEORI PIAGET DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD
Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran di kelas, terutama dalam
pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah :
- Seluruh anak melewati tahapan yang
sama secara berurutan ;
- Anak mempunyai tanggapan yang
berbeda terhadap suatu benda atau kejadian ;
- Apabila hanya kegiatan fisik yang
diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk menjamin perkembangan intelektual
anak.
· A.2. CARA
PEMBELAJARAN IPA DI SD BERDASARKAN TEORI PIAGET
Guru harus selalu memperhatikan pada
setiap siswa apa yang mereka lakukan, apakah mereka melaksanakan dengan benar,
apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.
Guru
harus berbuat seperti apa yang Piaget perbuat yaitu memberikan kesempatan
kepada anak untuk menemukan sendiri jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap
dengan alternatif jabawab bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Pada
akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat menemukan
jawaban yang diinginkan.
2. B. TEORI
BELAJAR BRUNER
Bruner merupakan salah seorang ahli psikolog perkembangan
dan ahli belajar kognitif. Beliau beranggapan bahwa belaar merupakan kegiatan
perolehan informasi. Kegiatan pengolahan informasi tersebut meliputi
pembentukan kategori-kategori. Di antara kategori-kategori tersebut ada
kemungkinan saling berhubungan yang disebut sebagai koding. Teori belajat Bruner ini disebut sebagai teori belajar
penemuan.
Ada tiga tahap penampilan mental yang dikemukakan oleh
Bruner, yaitu :
1. Tahap Penampilan Enaktif sejajar dengan Tahap Sensori
Motor pada Piaget
Dimana anak pada dasarnya mengembangkan keterampilan motorik
dan kesadaran dirinya dengan lingkungannya.
2. Tahap Penampilan Ikonik sejajar dengan Tahap
Pre-Operasional pada Piaget
Pada tahap ini penampilan mental anak sangat dipengaruhi
oleh persepsinya, dimana persepsi tersebut bersifat egosentris dan tidak
stabil. Mereka belum mengembangkan kontrol pada persepsinya yang memungkinkan
mereka melihat dirinya sendiri sengan suatu pola yang tetap.
3. Tahap Penampilan Simbolik sejajar dengan Tahap Operasi
Logis (Formal) pada Piaget
Inti dari tahap penampilan simbolik ini adalah pengembangan
keterampilan berbahasa dan kemampuan untuk mengartikan dunia luar dengan
kata-kata dan idenya. Anak yang memulai untuk secara simbolik memproses
informasi.
Tidak seperti Piaget, pembagian tahapan oleh Bruner bukanlah
merupakan suatu hal yang kaku melainkan bersifat fleksibel tidak dimaksudkan
untuk menentukan kesiapan anak untuk belajar. Bruner beranggapan bahwa semenjak
kecil secara intuitif, manusia sudah dapat menangkap konsep-konsep IPA.
· B.1. PENERAPAN MODEL BELAJAR BRUNER DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD
Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas,
Bruner mengembangkan model pembelajaran penemuan. Model
ini pada prinsipnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
informasi sendiri dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan barang yang
nyata.
Peranan
guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi informasi
melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan informasi.
· B.2. CARA
PEMBELAJARAN IPA DI SD BERDASARKAN MODEL BRUNER
Guru harus mempunyai cara yang baik untuk tidak secara
lansung memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Model pembelajaran ini
mempunyai banyak manfaat, antara lain :
- Pembelajar (Siswa) akan mudah
mengingat materi pembelajaran apabila informasi tersebut didapatkan sendiri,
bukan merupakan informasi perolehan.
- Apabila pembelajar telah memperoleh
informasi, maka dia akan mengingat lebih lama.
3. C. TEORI BELAJAR GAGNE
Model ini menunjukkan aliran informasi dari input ke output.
Rangsangan/stimulus dari lingkungan (environtment)
mempengaruhi alat-alat indera yaitu (receptor),
dan masuk ke dalam sistem syaraf melalui register penginderaan (sensory register). Disini informasi
diberi kode, artinya informasi diberi suatu bentuk yang mewakili
informasiaslinya dan berlangsung dalam waktu yang sangat singkat. Bagian-bagian
ini dimasukkan dalam memori jangka pendek (short
term memory) dalam waktu singkat, sekitar beberapa detik saja. Tetapi,
informasi dapat diolah oleh internal rehearsal dan disimpan dalam memori jangka
pendek untuk waktu yang lebih lama, namun rehearsal
juga mampu mentransformasikan informasi itu sekali lagi ke dalam memori
jangka panjang (long term memory).
Informasi dari memori jangka pendek atau memori jangka
panjang dikeluarkan kembali melalui suatu generator repons (response generator) yang berfungsi
mengubah informasi menjadi tindakan. Model seperti digambarkan di atas juga menunjukkan bagaimana
pengendalian internal dari aliran informasi oleh kontrol utama (executice control) dan harapan-harapan (ecpectancies). Menurt teori ada beberapa ciri
penting tentang belajar, yaitu :
- Belajar itu merupakan suatu proses
yang dapat dilakukan manusia,
- Belajar menyangkut interaksi antara
pembelajar (orang yang belajar) dan lingkungannya,
- Belajar telah berlangsung bila
terjadi perubahan tingkah laku yang bertahap cukup lama selama kehidupan orang
itu.
· C.1 HASIL BELAJAR MENURUT GAGNE
Ada 5 taksonomi Gagne tentang
hasil-hasil belajar meliputi :
a) 1. Informasi verbal (verbal
information)
Informasi verbal ialah informasi yang diperoleh dari kata
yang diucapkan orang, dari membaca, televisi, komputer dan sebagainya meliputi
nama-nama, fakta-fakta, prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi.
b 2. Keterampilan-keterampilan
intelektual (intellectual skills)
Kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan
dirinya sendiri dalam bentuk
representasi, khususnya konsep dan berbagai
lambang/simbol (huruf : angka, kata, gambar), Kemahiran intelektual terbagi dalam
empat subkemampuan yaitu :
- Diskriminasi (descrimination)
- Konsep-konsep konkret (concrete
concepts)
- Konsep-konsep terdefini (defined
conceps)
- Aturan-aturan (rules)
c) 3. Strategi-strategi Kognitif (defined
strategies)
Strategi-strategi kognitif adalah kemampuan-kemampuan
internal yang terorganisasi. Siswa menggunakan strategi kognitif ini dalam
memikirkan tentang apa yang telah dipelajarinya dan dalam memecahkan masalah
secara kreatif.
d) 4. Sikap-sikap (attitudes)
Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat
mempengaruhi tingkah laku kita terhadap benda-benda, kejadian-kejadian atau
makhluk hidup. Sekolompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap
orang lain atau sikap sosial. Dengan demikian maka akan tertanam sikap sosial
pada para siswa
e) 5. Keterampilan-keterampilan (motor
skills)
Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan
fisik, tetapi juga kegiatan-kegiatan fakta, tetapi juga kegiatan-kegiatan
motorik yang digabungkan dengan keterampilan intelektual, misalnya : bila
berbicara, menulis, atau dalam menggunakan berbagai alat IPA seperti
menggunakan pipa kapiler, termometer dan sebagainya.
· C.2. MENERAPKAN TEORI GAGNE DALAM MENGAJARKAN IPA DI SD
Model mengajar menurut Gagne meliputi delapan langkah yang
sering disebut kejadian-kejadian instruksional (instructional events),
meliputi :
- Mengaktifkan motivasi (activating
motivation)
- Memberi tahu pelajar tentang
tujuan-tujuan belajar (instructional information)
- Mengarahkan perhatian (directing
motivation)
- Merangsang ingatan (stimulating recall)
- Menyediakan bimbingan belajar (providing
learning guidance)
- Meningkatkan retensi (enhancing
retention)
- Membantu transfer belajar (helping
transfer of learning)
- Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance)
- Memberi umpan balik (providing feedback)
4. D. TEORI
BELAJAR AUSUBEL
Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Inti dari
teori belajarnya adalah belajar bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna
merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan
yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.Peristiwa psikologi belajar bermakna menyangkut asimilasi
informasi baru ke dalam pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif
seseorang. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Ausubel, belajar
bermakna akan terjadi apabila informasi baru dapat dikaitkan dengan
konsep-konsep yang sudah terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
D.1 MENERAPKAN TEORI AUSUBEL DALAM PENGAJARAN IPA
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah
apa yang telah diketahui oleh siswa. Informasi yang baru diterima akan disimpan
di daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak tang terlibat dalam penyimpanan
pengetahuan tersebut.
David P. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal
adalah lebih efisien dari segi waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran
dan menyajikan bahwa pembelajar dapat mempelajari materi pelajaran dalam jumlah
yang lebih banyak.
D.2 PRINSIP-PRINSIP YANG DIKEMUKAKAN OLEH AUSUBELFaktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah
apa yang telah diketahui oleh siswadalam mengaitkan konsep-konsep yang telah
ada dalam struktur kognitif dikumukakan 2 prinsip oleh Ausubel yaitu :
a) 1. Prinsip Diferensiasi Progresif (progressive
differentiation)
Dalam diferensiasi progresif,
konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan konsep-konsep yang umum menuju
konsep-konsep yang lebih khusus.
b) 2. Prinsip Rekonsiliasi integratif (integrative
reconciliation)
Dalam rekonsiliasi integratif,
konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan
konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ratna Wilis Dahar, dkk. (1986). Pengelolaan Pengajaran Kimia. Jakarta:
Depdikbud UT.
Dra. Isti Rokiyah, M.A, dkk. Teori Belajar dalam Pembalajaran IPA di SD. Jakarta: Depdikbud UT.
Dalyono, Psokologi
pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009.
Suyono, Belajar dan
Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2011.
Catatan : *Setiap menyadur atau mengcopi harap mencatumkan sumbernya.*